Oleh ust. H. Bobby Herwibowo, LC
Seorang pengusaha bernama satrio mengidap penyakit. Ia harus dirawat karena penyakit yang gawat. Kanker yang diidap tubuhnya kini sudah mencapai stadium 3 B. “kanker getah bening”. Kata dokter!
" Kerap ia menangis sedih mengapa ia bias seperti ini. Apalagi saat terbayang jika ia mati, sering ia menangis sendiri membayangkan segala yang ia cinta dari dunia ini.
Maka hari-hari pun kini berubah kelam baginya. Tubuh menjadi lemas. Rutinitas lemas. Semua berubah dari yang terang menjadi gelap terasa. Satrio meratapi nasibnya di atas ranjang pesakitan.
"" Kerap ia menangis sedih mengapa ia bias seperti ini. Apalagi saat terbayang jika ia mati, sering ia menangis sendiri membayangkan segala yang ia cinta dari dunia ini.
Semua akan pergi dan meninggalkan dirinya. Kondisi meratap seperti ini rupanya membuat stamina tubuhnya semakin anjlok dan membuat kanker bertambah ganas.
Hingga berbagai cara pengobatan sudah ditempuh namun tak kunjung sembuh. Hari-hari semakin terasa lama berbeda di rumah sakin. Asa semakin pupus dan jatuh dari harapan. Maka satrio terilhami bahwa ia tak lagi boleh cengeng. Ia harus siap menerima keadaan. Ia harus ridha atas ketentuan yang Allah SWT berikan.
Maka ia pun bangkit is tumbuhkan semangat. Dalam benaknya ia harus rela dengan ujian Allah SWT,seperti ia senang saat diberi kenikmatan oleh-Nya. “ setidaknya sakit ini adalah penebus dosa ” gumamnya
Mulai hari itu ia ingin menjadi manusia yang ceria. Menebar senyum dan tak pernah menyerah. Setiap ada orang yang dating menjenguk, ia berpura-pura bahwa dirinya sudah sehat. Tiada mimik sedih dari wajah satrio dan tidak sedikit pun ia meratap
Meski masi di atas pembaringan ia selalu bergurau, bercanda dan tertawa. Ia mencoba menghibur setiap orang yang mengunjunginya. Keluarga dan seluruh sahabat yang menjenguk mengetahui bahwa kondisi satrio masih tetep gawat, namun mendapati satrio bersikap ceria seperti itu mereka pun berpura-pura menimpali tawa-canda satrio.

Tidak disangka, hanya dalam tempo kurang dari tiga bulan penyakit kanker getah bening itu telah sirna dari tubuhnya. Banyak kerabat dan keluarga yang tidak percaya atas apa yang terjadi pada satrio. Bagaimana cara ia mendapat kesembuhan.
Menanggapinya satrio bergumam,”kalau kita mengubah tangisan menjadi senyum, pasti yang kelam pun menjadi terang!”
Satrio tersenyum, dan senyumanya menjadi kesembuhan. Never give up, my friends!!!
Tersenyumlah maka senyummu menjadi sebuah keberuntungan!!!.